ARISEL BA, bAA DAN bALQIS

ARISEL BA, bAA DAN bALQIS
Di LCCT KLIA SEPANG 16 JULAI 2011

Selasa, 16 Ogos 2011

PROSES KREATIF ARISEL BA



15 OGOS 2011 – ISNIN

PENGANTAR

Dua hari lepas seorang Pelajar Master Pendidikan UPM, Puan Nora Azian binti Nahar,  anak siswa Sdr Shamsuddin Othman telah mewawancarai saya untuk Tugasan Sajak Multimedia dan bertanyakan Proses Kreatif saya... saya jawab mudah, dengan adanya ESastera.com sejak tahun 2002 (Pengasasnya: Prof. Dr. Wan Abu Bakar Wan Abas – Dr.Irwan ), proses kreatif multimedia dalam penulisan sajak saya menjadi bangkit kembali segar dan sentiasa berembun walaupun pada awalnya saya bergabung dengan kelompok penyair2 muda dari Indonesia, tetapi dalam eSastera, bukan sahaja proses penulisan itu memiliki rangka tubuh yang jelas, jiwa yang bening suci, malah roh silaturahim yang kukuh, beriak bergelora tenang dan bening bagai satu kelompok kulawarga yang besar dan global. Pelajar itu seorang perempuan mahu penjelasan lanjut,  selain saya minta dia mendapat bantuan gurunya di UPM,,, berikut adalah antara Proses Kreatif saya dalam memasak sajak, sajen mahupun haiku Melayu:

PROSES KREATIF ARISEL BA

Saya ingin menceritakan sedikit pengalaman saya dalam proses ke penulisan puisi saya. Dulu, ketika baru belajar menulis, saya sering kali terpesona oleh gaya bahasa penulis yang bukunya baru saya baca, dan ini berpengaruh besar pada tulisan yang sedang saya garap. Saya pernah meniru gaya bertutur Hilman Hariwijaya (penulis cerita Lupus), W.S.Rendra, Gunawan Muhamad, Putu Wijaya, bahkan Mira W. Begitu juga Dr. Usman Awang, A.Samad Said, A.Samad Ismail, Dr. Shahnon Ahmad, Abdullah Hussein, Mohd. Affendi Hassan, Dr. Anwar Ridhwan, T.Alias Taib, Dr Muhamad Haji Salleh, Dr. Kemala, Baha Zain, A.Latiff Mohidin dan ramai lagi.

Bagi seorang penulis pemula, meniru gaya bertutur penulis idola saya sebagai hal biasa terutama sifu saya W.S.Rendra. Menurut saya, ini sah-sah saja, asalkan niatnya adalah dalam konteks belajar.

Namun jika saatnya tiba, setiap penulis seharusnya memiliki gaya atau karakter masing-masing. Jangan sampai saya berterusan meniru gaya penulis lain, sehingga saya hanya dikenal sebagai pengekor yang tidak kreatif.

Untuk menemukan karakter yang terbaik dengan diri saya, memang jalannya tidak singkat. Saya perlu latihan dan pengalaman yang tidak sedikit. Trik cuba-cuba pun perlu saya dijalani.

Saya sendiri, terus terang, perlu waktu yang sangat lama untuk menemukan karakter yang khas. Di awal karier ke penulisan saya, saya banyak membaca buku-buku Putu Wijaya, Budi Dharma, Danarto, A.Samad Said, Shahnon Ahmad, A.Samad Said, WS Renda, Sutardji Calzoum Bakri, Sapardi Joko Damono dan para penulis terkenal lainnya. Jadi gaya bertutur saya pun tidak jauh-jauh daripada gaya Rendra, Putu, Budi dan Danarto dan teman-temannya. Gaya seperti ini banyak saya gunakan pada karya-karya saya terutama cerpen
.
Beberapa tahun kemudian saya rajin membaca karya-karya Seno Gumira Ajidarma, Kuntowijoyo, Anwar Ridhwan, Othman Puteh, Emha Ainon Najib dan Afrizal Malna. Saya begitu menyukai gaya bertutur mereka, hingga akhirnya saya "mengahwinkan" gaya mereka itu menjadi gaya khas saya, yang saya sebut sebagai gaya "lancar bikin ketagihan". Maksudnya, kelancaran bertutur langsung saya mulai daripada kalimat pertama. Dengan kata lain, pembaca langsung tertarik dan panasaran untuk membaca tulisan itu hingga tamat.

Jika sesiapa mahu mengasah bakat sebagai penulis puisi pemula yang merasa belum memiliki karakter yang khas, mulailah berlatih dari sekarang. Jangan putus asa ketika kita dituduh menjiplak dan tidak kreatif. Suatu saat nanti, yakinlah, kita akan tampil menjadi diri sendiri.

Saya pernah bersoal tanya mengapa orang membandingkan otak dengan komputer? Sebabnya,  saya mendapati bahawa memprogramkan kedua-duanya untuk melakukan berbagai-bagai tugas akan menghasilkan kreativiti yang paling maksimum. Program dalam otak saya untuk menulis sebelum saya tidur setiap malam. Alam bawah sedar saya dapat benar-benar menjadi pemandu untuk menulis lebih baik. Inilah langkah demi langkah penulisan yang sedang saya amalkan sambil bermimpi!

1. Sebelum pergi tidur, saya memikirkan beberapa topik yang telah saya lakukan perenungan untuk ditulis lebih mendalam akhirnya. Topik itu biasanya hal-hal yang kerap muncul dan saya lazimnya tidak cukup waktu untuk memikirkannya lebih jauh lagi. Biasanya saya memikirkan minimum tiga ide atau topik dalam sesuatu masa..

2. Saya selalu katakan pada diri saya sendiri bahawa saya akan memimpikan topik-topik tersebut, sehingga saya dapat menggali sepenuhnya. Saya katakan pada diri sendiri bahawa saya akan mengatasi masalah apa saja yang mungkin timbul sehubungan dengan topik-topik ini, dan memproses informasinya. Saya melakukan hal ini tepat sebelum waktu tidur. Saya memikirkan gagasan-gagasan tersebut beberapa kali, juga pada waktu sebelum saya terlelap lena.

3. Ketika berada di tempat tidur, saya memikirkan lagi topik-topik tadi, ( sampai empat kali) bagi pendorong diri saya untuk membayangkan bagaimana nanti akan menuliskannya. Saya akan memastikan bahawa Saya mempunyai pena dan kertas berdekatan dengan saya kalau-kalau terbangun pada malam hari atau ketika pagi tiba.

4. Angan saya selalu jauh melayang ke pulau dan lautan dan sambil menunggu alam bawah sedar untuk saya menulis serta berbicara untuk sebuah karya.

5. Ketika saya terbangun, saya lazimnya mengamati gagasan-gagasan saya itu dengan saksama, dan menuliskan apa saja yang timbul dalam benak kalbu. Saya tetap menulis walaupun saya anggap hal itu tidak terlalu penting. Inilah waktu yang tepat untuk menulis secara bebas atau benar-benar membedah pemikiran. Bila saya bermimpi, saya dengan tangkas memasukkan informasi yang ada. Bila Saya mempunyai kesan yang hebat, gambaran yang
mengejutkan, atau pemikiran yang aneh, saya akan memastikan semuanya juga tercakup dalam catatan saya itu.

6. Bila tiada gagasan yang muncul, tidak apa-apa. Jangan gelabah wahai hati. Nanti, mungkin sekali topik-topik itu terselesaikan dengan sendirinya. Bila memang ada gagasan yang timbul, catatlah. Untuk saya, sekaranglah waktunya untuk mengeluarkan pena atau menyalakan komputer dan mulai mengetik. Saya akan lakukan satu sesi pengembangan ide dan menuliskan ide-ide itu secara bebas. Cara ini benar-benar ampuh. Inilah sebuah kaedah psikologis untuk membantu pemikiran kreatif saya untuk berproses lebih cepat lagi. Cara ini juga berguna bagi saya dalam mengatasi masalah-masalah umum seperti mengatur perancangan tugas atau membersihkan rumah pada musim cuti.

Cara menangkap ilham dan perasaan yang muncul daripada mimpi saya kemudian menuangkannya ke atas kertas, antara lain saya nyatakan:

1. Ketika bangun pagi, menulislah. Ini mungkin bukan waktu yang paling tepat untuk semua penulis, tetapi saya biasanya menulis berdasarkan gambaran alam bawah sedar. Dengan kata lain, pada pagi hari ide-ide itu masih menancap dalam benak kalbu.

2. Cara lain yang membantu saya mengingat ide-ide untuk menulis inspirasi yang timbul dengan segera. Ini bererti bila saya berada dalam bas di atas jalan raya, mendorong troli berbelanja di super market setempat, atau mengelilingi pusat perkedaian. Saya selalu membawa buku catatan kecil dalam beg sandang saya. Ukurannya biasa sesuai dengan beg galas saya. Selain itu, saya selalu membawa pena secukupnya.

3. Ketika saya menonton TV, membaca akhbar, majalah atau buku terbaru, atau membantu anak-anak dan cucu-cucu saya menyiapkan Tugasan Sekolah,  saya selalu berada tidak jauh dari pena dan kertas. Sering kali saya mendapatkan ide ketika sedang mengerjakan tugas sehari-hari. Ketika fikiran saya menjadi relaks, maka ide mengalir lebih lancar.

Sering kali, orang mengeluh tentang ide yang buntu. Saya pernah menyaksikan melalui TV mengenai pengelaman penulis kawakan yang hebat di Amerika Syarikat dan mendengar penulis itu menyuarakan masalah serupa dengan yang pernah saya hadapi dulu. Saya memperoleh terlalu banyak ide. Masalah saya adalah tak ada waktu yang cukup untuk menuliskan semuanya. Saya berharap dapat pergi ke lokasi yang menyenangkan seperti dilakukan para pengarang di seluruh dunia iaitu dengan lari daripada kebisingan alam kehidupan untuk bersetubuh dengan alam kesepian di hutan rimba, tasik, sungai atau pantai laut.

Atau tempat itu boleh berupa sebuah pondok kecil indah yang berada di pinggiran desa. Kebisingan hanya datang daripada kicauan burung dan gemeresik air mengalir dari sungai kecil berdekatan. Pada kenyataannya, banyak penulis seperti saya yang tidak hidup mewah dan memiliki pondok senyaman itu. Kerakali saya menulis di tengah suasana yang hiruk pikuk. Mungkin pesanan ini akan membantu diri saya sendiri memaknakan kebisingan, juga menghasilkan wang daripada impian-impian saya sendiri!

Sebuah karya tulis puisi mempunyai nilai hiburan yang relatif bagi pembacanya. Pembaca yang memang sedang benar-benar ingin menghibur diri tanpa banyak berfikir akan menyukai tulisan puisi yang sangat khayal dan jauh daripada kenyataan. Tapi pembaca yang menyukai kisah-kisah nyata baru dapat terhibur oleh puisi yang nyata. Tulisan puisi yang nyata dan kelihatan benar-benar telah terjadi masih mungkin hanya berasal dari sekadar khayalan.

Berbagai ide, gagasan dan rencana yang akan saya tulis sudah ada di kepala dan terasa siap untuk dituangkan dalam sebuah kertas atau fail penulisan dalam komputer. Tapi ketika tangan saya memegang pena sambil menatap kertas kosong atau ketika jari saya sudah berada di atas papan kekunci komputer dan menatap layar monitor yang masih kosong, pada saat itu tiada sebuah huruf pun yang muncul. Terasa tiada kata yang tepat untuk mengawali tulisan saya itu. Vakum.

Mengawali sesuatu hal terkadang dirasakan amat sulit bagi sebahagian orang. Tapi bila saya tidak mengawali sesuatu bererti saya telah menguburkan satu seni puisi satu keinginan saya sendiri. Untuk mengawali sebuah penulisan yang idenya telah ada di kepala saya diperlukan sebuah pemacu. Pemacunya bagai sebuah keberanian untuk berbuat salah. Setelah saya merasa berani untuk berbuat salah maka kata demi kata akan segera meluncur hingga membentuk kalimat dan akhirnya menjadi alinea. Saya berusaha untuk tidak meneliti dahulu tulisan saya itu. Saya akan memberi fokus pada tulisan saya itu dan terus saya menulis. Terlampau banyak pertimbangan tentang apa pun akan menghalangi keluarnya tulisan yang akan saya tulis nanti.

Setelah menulis hingga empat atau lima baris paragraf (atau bahkan kurang) mungkin saya berhenti. Bila berhenti sejenak dan akhirnya dapat meneruskannya hingga menjadi tulisan, maka tidak akan ada masalah. Tapi bila benar-benar berhenti dan tidak ada kemahuan lagi untuk meneruskannya, bererti saya terhalang oleh diri saya sendiri.

Ada kemungkinan saya berhenti bukan kerana kehabisan bahan tulisan tapi kerana sebuah pertimbangan baru yang munculnya secara tiba-tiba dan merosak konsentrasi. Boleh jadi saya merasa bahawa yang saya tulis masih belum selesai itu akan menjadi hasil tulisan yang buruk. Di sini diperlukan sebuah usaha untuk berani terus menulis dan menyelesaikannya menjadi sebuah tulisan yang saya inginkan. Biarkan orang lain yang menilai tulisan saya itu.

Bila alasan saya berhenti menulis kerana kekurangan atau bahkan kehabisan bahan padahal tulisannya belum sesuai dengan yang saya inginkan maka saya akan berusaha untuk menggalinya lebih dalam lagi. Sebenarnya bahan tulisan itu tidak ada habisnya meskipun telah saya tulis sebelumnya. Hanya saja, bahan-bahan itu tidak keluar dengan sendirinya seperti 'popup ajaib di Internet'.

Bahan-bahan itu mungkin luput daripada pengamatan atau ingatan saya. Dan memang menjadi tugas bagi setiap penulis untuk menggali bahan-bahan itu.

Ada banyak cara yang diguna oleh para penulis untuk menggali bahan-bahan yang diperlukannya dalam sebuah tulisan. Bila tulisan saya itu berasal daripada pengalaman saya sendiri, saya akan cuba mengingat kembali pengalaman saya. Hal ini memang agak susah terutama bila pengalaman itu sudah terjadi lampau sekali, tapi bukan tidak mungkin untuk diingat. Saya akan mencuba untuk mengingat tiap detil daripada kejadian yang menjadi pengalaman saya. Lalu saya akan mengangkat tiap detil yang baru saya ingat dalam bentuk memori itu ke dalam tulisan. Boleh juga saya bumbui dengan fantasi saya. Fantasi yang saya miliki juga dapat menggantikan detil-detil kejadian yang mungkin telah saya lupakan.

Ada juga penulis yang menggali bahan-bahan tulisannya berasal daripada pengamatan. Penulis-penulis profesional banyak berasal dari orang-orang yang berlatar belakang kewartawanan atau jurnalis. Tidak hanya kerana menulis sebagai pekerjaannya tapi yang lebih dari itu mereka sudah terbiasa dan terlatih dalam mengamati segala kejadian. Bahkan kejadian yang sering dianggap orang pada umumnya sebagai rutin boleh menjadi tulisan yang sangat menarik.

Pengamatan bukan bererti hanya membuka mata lalu mengamati suatu kejadian begitu saja. Pengamatan untuk memperoleh bahan tulisan memerlukan perhatian khusus pada apa yang saya amati. Dengan memperhatikan hal-hal yang saya amati, selanjutnya munculkan kesan, reaksi, atau pertanyaan ke dalam benak saya. Semakin saya merasa panasaran bererti saya telah menggali makin mendalam. Kemampuan mengamati segala sesuatunya secara mendalam tidak dapat diperoleh dengan mudah, perlu latihan dan kesabaran. "Latihan Pengamatan" kedengarannya sepele tapi bila saya mula memahami maknanya, lalu saya akan berkata yang lain.

Saya sentiasa menganggap diri saya adalah orang dewasa atau memang ingin lebih dewasa kerana tuntutan lingkungan dan sebagainya. Dan kerana kedewasaan itu terkadang saya sudah melupakan cara hidup sebagai anak-anak. Lihatlah perilaku seorang anak. Setiap kali seorang anak mengamati sesuatu yang baru, ia pasti akan berusaha untuk mempelajarinya, menanyakannya atau bahkan menirunya. Untuk melatih pengamatan ini saya dalam mencari bahan-bahan tulisan tiada salahnya bila saya mendengarkan anak kecil yang ada dalam diri saya itu berbual-bual.

Setiap orang dapat belajar menjadi pengamat yang lebih baik hanya dengan memperhatikan lingkungannya. Peluang memperoleh bahan tulisan sebenarnya cukup banyak meskipun hanya memperhatikan segala aktiviti, tingkah laku, ucapan dan semuanya yang berhubungan dengan orang di sekitar saya, di mana pun juga saya berada.

Seseorang dapat menulis dengan baik soal sebuah kisah bila mengalami sendiri pengalaman dalam kisah itu. Hal ini benar tapi tidak selalu tepat. Banyak

orang terkenal yang ingin mengeluarkan biografi dirinya sendiri tapi masih memerlukan penulis yang pakar dalam bidang penulisan biografi. Si penulis

meskipun tidak mengalami sendiri pengalaman dan kisah-kisah yang ditulis tetapi dapat membuahkan hasil tulisan yang baik. Ini semua kerana si penulis mampu merakam, bahkan menyerap semua bahan untuk tulisannya.

Setelah saya menyedari soal pentingnya pengamatan dalam memperoleh bahan cerita untuk penulisan puisi, saya rasa menuangkannya dalam bentuk tulisan akan menjadi lebih mudah. Dengan menambahkan puisi saya dengan bumbu-bumbu daripada fantasi saya sendiri, dapat membuat puisi saya itu menjadi semakin lebih hidup.

Langkah berikutnya setelah tulisan yang saya buat dianggap selesai adalah menelitinya kembali. Di sini lazimnya saya akan memperbaiki konsep berani berbuat salah yang saya jelaskan sebelum ini. Perhatikan aturan-aturan penulisan yang baku. Sebaik-baiknya puisi itu apabila dihasilkan tanpa saya gagal memperhatikan aturan seperti tanda baca, huruf besar-kecil, ejaan dan sebagainya nescaya hasil karya puisi saya itu juga akan menjadi sia-sia belaka.

Yang harus selalu saya diingatkan adalah, semua penulis menulis untuk dibaca oleh orang lain. Dan berharap bahawa orang lain mempunyai pemahaman sebagaimana saya mengharapkan. Kecualilah saya memang tidak ingin mempublikasikan karya saya di mana-mana media massa.

Huraian ini hanya bersifat motivasi diri saya sendiri dan rakan-rakan saya untuk segera menulis dan memperbanyakkan menulis sebagai kaedah berlatih menulis. Boleh jadi huraian saya ini sebagai sebuah hasil daripada konsep berani berbuat salah yang telah saya ungkapkan. Saya sendiri tanpa ada rasa malu dan segan tetap terus belajar menulis dari berbagai-bagai bahan dan sumber, terutama dari orang-orang yang sudah berpengalaman di bidang penulisan puisi ini, terutama penulisan puisi lirik yang berbentuk narasi. Terus terang saya katakana bahawa saya belum termasuk di dalamnya sebagai seorang penyair puisi lirik yang tersohor dan kawakan.  Saya pun masih belajar…

Sekian, terima kasih.




Tiada ulasan:

Catat Ulasan