ARISEL BA, bAA DAN bALQIS

ARISEL BA, bAA DAN bALQIS
Di LCCT KLIA SEPANG 16 JULAI 2011

Jumaat, 30 Disember 2011

SKETSA SANG PENYAIR 5



SKETSA SANG PENYAIR 5
Sajak: Arisel Ba

tatkala aku menghisap pipa tembakau dan menghirup kopi belut, aku memasuki negeri sajak. Negeri sajak ini terbina daripada puluhan kamus kata yang menghuni ratusan belantara kata di mana aku tidak jemu mencari diksi, mencari jalinan struktur dan bentuk sajak dan terus mengguna bahasa pada sajak persis jambatan kayu di atas sungai yang deras di antara Bandar yang sibuk dan belantara yang sepi.

dan ketika mahu menuliskan sajak, aku mengingati ngomelnya Sutardji Calzoum Bachri: Katanya, Arisel, dalam sajak, penyair menciptakan kata-kata (metafora), Konsentrasi seorang penyair ketika menulis sajak hanya pada upaya menciptakan kata-kata, atau susunan kata-kata, itu sebabnya kenapa kata-kata dalam sajak kelihatan aneh dan tidak familiar. Dalam sajak, tekanan pada defamiliarisasi kata-kata atau bahasa.

aku pun menjadi tolol lalu membaca kembali beberapa buah kamus dan mencari kata demi kata, sambil sesekali aku memanggil isteriku: Selamah, buatkan aku lagi secawan kopi belut dan aku melayani ilusi dengan menghembuskan asap pipa tembakau ke dalam negeri sajak.

31 Disember 2011,
Tranum, Tras, Raub, Pahang

Rabu, 28 Disember 2011

SKETSA SANG PENYAIR 4



SKETSA SANG PENYAIR 4
Sajak: Arisel Ba

          : Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah
 telah membuat perumpamaan kalimat yang baik –
seperti pohon yang baik, yang akarnya teguh,
cabangnya menjulang ke langit, pohon itu memberikan
 buahnya di setiap musim dengan seizin Tuhannya.
Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia supaya
mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang
buruk, yang telah dicabut akar-akarnya daripada permukaan
 bumi, tak dapat tegak sedikit pun.
( al-Quran: Surah Ibrahim, ayat 24 – 26 )


aku tidak tahu bahawa selama ini aku dimanipulasikan oleh kata, disandiwarakan oleh bahasa apabila setiap kali aku mencerap hidayah dariNya membius firasat dengan menghunjam hujah falsafah yang tidak ada berkesudahan tatkala aku membicarakan soal diri, isteri, anak-anak, cucu-cucu dan menantu-menantuku.

benar sebagaimana kata Sutardji Calzoum Bachri: Menyair suatu kerjaya serius. Namun penyair tidak harus menyair sampai mati. Dia boleh meninggalkan kepenyairannya bila saja. Tapi kau: Arisel, jika sedang menuliskan sajak, kau harus melakukan secara sungguh-sungguh, seintensif mungkin, semaksimum mungkin. Kau harus melakukan pencarian-pencarian, kau harus mencari dan menemukan bahasa. Yang tidak menemukan bahasa takkan pernah disebut penyair.

Yang, aku seorang penyair, lantaran sambil aku menghirup asap dari pipa tembakau, aku mengarah: Wahai Selamah, buatkan aku secawan kopi belut!

29 Disember 2011,
Tranum, Tras, Raub, Pahang

Ahad, 18 Disember 2011

BUKAN TIDAK MAHU BICARA



BUKAN TIDAK MAHU BICARA
sajak: arisel ba

bukan aku tidak mahu bicara
perihal ideologi diri beragam strategi
kerana jika bicara mengenai kenegaraan
aku rasai denyut nafas rakyat dimanipulasikan
politikus sudah lama membius dengan slogan
demi perjuangan agama, bangsa dan Negara
dengan kedua mataku dibutakan
telinga ditulikan, mulut dibisukan
dengan pelbagai program membasuh otak

bukan aku tidak mahu bicara
perihal prinsip diri beragam strategi
kerana jika bicara mengenai kehidupan
aku rasai denyut nadi rakyat disandiwarakan
politikus sudah lama membius dengan slogan
demi perjuangan sosiobudaya dan angka ekonomi
dengan turun naik nilai saham bahan komoditi
turun naik harga barangan pengguna bersubsidi
bekalan air di subsidi
bekalan elektrik di subsidi
minyak dan beras ada subsidi
persekolahan anak-anak pun bersubsidi
hidup rakyat jelata dalam penjara subsidi

bukan aku tidak mahu bicara
biarkan aku dengan kebutaan
biarkan aku dengan ketulian
biarkan aku dengan kebisuan
kerana buta, tuli, bisu bukan penyebab
menyembunyikan telur kejantananku
mencerap segala rintangan dan cabaran
meneruskan perjuangan tanpa batasan
mungkin ada sedikit waktu untuk diri ini
aku teguhkan solat dan zikir kepada Allah
dan mungkin tiba waktunya nanti
aku akan kembali berbicara
perihal ideologi diri, mengenai prinsip diri

bukan aku tidak mahu bicara
tunggu tatkala aku siap siaga
mengatur bidak-bidak strategi
hari ini aku undur selangkah ke belakang
esok aku melompat lima langkah ke hadapan

18 Disember 2011,
Tranum, Tras, Raub, Pahang

Ahad, 27 November 2011

BUKAN PUTERI LI PO



BUKAN PUTERI LI PO
          : Episod 1458TM
Sajak: Arisel Ba

kutipan daripada Ceritera Ke Lima Belas
Sajak-Sajak Sejarah Melayu,
kata Muhamad Haji Salleh:
cantik puteri Cina
Li Po namanya
lehernya kecil
mulut bulat
membuka pada gigi kecil pula
matanya tirus seperti rusa
dibesarkan oleh celak hitam
sehitam rambut panjangnya
yang melurus ke bahu
disimpul untuk perkahwinan

setelah 553 tahun berlalu
baru aku mengetahui
bahawa Sultan Mansor Shah ditipu
Puteri Li Po yang dihantar ke Melaka
gerangan seorang puteri pembesar istana
Raja Cina bernama Li Po

Apalah nasib raja alam Melayu
gagah, bengis, adil dan tegas
mudah tertipu mainan raja Cina

wahai anak bangsaku, Melayu
pandanglah masa depanmu
dengan akal dan bukan dengan nafsu
jika tidak, berpanjangan kita tertipu

27 November 2011,
Tranum, Tras, Raub, Pahang

Khamis, 24 November 2011

GELIAT ORANG ARAB 1



GELIAT ORANG ARAB 1
Sajak: Arisel Ba

cerita teman aku melalui e-mel:
seorang mahasiswa berbangsa Arab
sedang belajar di sebuah universiti di Jerman
menghantar mesej pesanan ringkas
kepada ayahnya di Dubai

katanya: ayah tersayang
Berlin sungguh indah
warganya baik dan sopan kepada orang asing
saya benar-benar senang di sini
tetapi saya terasa malu amat
untuk ke kampus dengan Ferrari 599GTB
ketika semua guru dan rakan siswa saya
pergi ke universiti menaiki kereta api

lalu sepantas ayahnya menjawab
mesej pesanan ringkas daripada anaknya:
anak jantan aku yang seorang
USD 50 juta baru saja dimasukkan ke akaun kamu
tolong jangan memberi malu keluarga kita
segera urus dan belikan
kereta api itu untuk kenderaan kamu sendiri

24 November 2011,
Tranum, Tras,
Raub, Pahang

Jumaat, 21 Oktober 2011





East - Istana Impian



DI PONDOK SAJAK
Sajak: Arisel Ba

Di Pondok Sajak
Aku bina daripada bata-bata budaya
Menerap dengan pasir simen kata
Melahirkan anak-anak sajak
Menobatkan akal memancar estetika


Di Pondok Sajak
Aku tekun mentafsir kamus kata
Aku ralit mencerna warna bahasa
Aku tabah mendekap bunyi aksara
Aku tulis sajak demi sajak. Diam

Di Pondok Sajak
Di Tranum, kaki Bukit Fraser
Aku menyemai benih di tanah organik kata
Sajak mulai tumbuh daripada nafsu manusia
Berhias dengan intan berlian makna

13 – 22 Oktober 2011,
Tranum, Raub, Pahang


  

IN THE HOUSE OF POEMS
BY: ARISEL BA

In the house of poems
That I’ve built with cultural bricks
Paved and cemented by the sand of words
I fabricate bits and pieces of poems
Rendering the astuteness of the mind
Radiating delightful aesthetics

In the house of poems
I diligently dissect the book of words
Attentively digesting each shades of the language
Indomitably embracing the sound of each distinctive characters
I wrote the poems, one by one. In silence

In the house of poems
In Tranum, at the foot of the Fraser’s Hill
I sow the seeds of thoughts on the organic land for words
Now the poems are sprouting from the desires of mankind
Sparkling with ornamental gems of thoughtful expressions

13 - 22 October 2011,
Tranum, Raub, Pahang



Rabu, 19 Oktober 2011

KETIKA MENUMPUKAN MENATAP FOTO-FOTO TEMPO DULU 1



KETIKA MENUMPUKAN MENATAP FOTO-FOTO TEMPO DULU 1
Sajak: Arisel Ba

Ketika menumpukan menatap foto-foto tempo dulu, aku jadi terkedu, membaca peristiwa tempo dulu, meriahnya pertemuan, gelisahnya perpisahan, dan kini tumbuh gelora nostalgik yang diam. Dalam….

Foto-foto tempo dulu bagaikan putaran jarum jam, detak, detik terus bergerak, dan tatkala foto-foto tempo dulu itu aku tatap, sekali imbas, kali bekali imbas, tumbuh kenang, bercerita yang panjang peristiwa, ketawa atau duka, bangga atau luka. Dan aku tekun membacanya

19 Oktober 2011,
Tranum, Raub, Pahang



As I Propped and Stared at the Aging Photos 1

Poem: Arisel Ba

As I propped and stared at those aging photos, I became
perplexed, while unraveling past events, about the excitement of meeting new acquaintances and on the anxiety of leaving and undergoing separation and then the waves of nostalgic reminiscence begin to surge in silence.  From within….

Those old and aging photos are  like the hands of a clock, tick… tock… constantly and continually moving, and as I was gazing at those photos at a glance, at countless glances, the memories return conveying lengthy episodes of the past of laughter and tears, of pride and painfulness. And I read all of them with earnest

19 October 2011
Tranum, Raub, Pahang



Jumaat, 23 September 2011

PEMIKAT DAN MERBUK



Elvy Sukaesih - Burung Dalam Sangkar



Sajak: Arisel Ba

Sepi sebuah jebak
Ketawa pemikat berdehak
Racik pun menanti, pagi
Racik pun menanti, petang
Racik pun menanti, senja
Singgah datang merbuk liar

Si denak merbuk
Di dalam jebak mengirai bulu
Bersiulan, bersiulan, bersiulan
Si denak merbuk
Bersiulan, bersiulan, bersiulan
Di dalam sangkar layang
Mengirai bulu
Bersiulan, bersiulan, bersiulan
Bahasa merbuk

Kelmarin, hari ini, esok, lusa
Si merbuk bersiulan
Dari dalam jebak
Menjadi denak
Bersiulan, bersiulan, bersiulan
Si pemikat di sebalik semak
Berkepul-kepul asap rokoknya

Suatu hari yang malang
Bagi merbuk liar
Datang singgah memijak racik
Lalu menggelepar, terkapar diam
Si merbuk denak mengangguknya
Dan bersiulan lagi

23 September 2011,
Raub, Pahang


Selasa, 20 September 2011

TATKALA MENYEDUT PIPA: ASAPNYA MENJEREBU BUMI MALAYA



Lagu Patriotik - Azhar Shariff - Malaysia Berjaya




ASAPNYA MENJEREBU BUMI MALAYA
Sajak: Arisel Ba

Tatkala aku menyedut putih asap dari sebatang pipa tembakau membaca Pahang, Malaya, Serawak, Sabah dan aku mengeja SATU MALAYSIA, menangkap desah nafas dan resah hidup 26 juta orang rakyat digulatkan igau dan mimpi masih belum melepasi sembilan cabaran gagasan Wawasan 2020, menggapai 70 juta orang umat Negara dibungkus ekonomi bebas politik terpimpin, sosial…. Sabar dulu kini era transformasi, transformasi ekonomi, transformasi politik, transformasi sosial, masih ada yang belum beres, kerana perjuangan seseorang atau banyak orang masih belum sempurna.

Dan di langit, Measat 1 dan Measat 2 ketika mengumpul data Koridor Raya Multimedia, satu, dua, tiga… dan lebih ratusan pemain politik sedang mengangkang dan berak atas kepala rakyat jelata, dengan perkhabaran baik amat sedikit sedang virus fitnah menyesakkan nafas. Negaraku Malaysia masih menjadi lubuk emas pendatang asing, maaf, aku mahu bertanya siapakah dalang-dalang yang membawa masuk pendatang asing lebih dua juta dari Indonesia dan lebih setengah juta dari Bangladesh, transformasi sosial… sabar dulu, ada yang belum beres atas perjuangan seseorang atau banyak orang masih belum sempurna.

Menyedut putih asap dari sebatang pipa tembakau dan masih aku dengar jeritan pohon-pohon di rimba belantara, tumbang manakala bukit demi bukit digondol, udara berjerebu, sekali sekala tanah runtuh banjir kilat aku menatap ribuan gadis bohsia bunting selepas tidur dengan teman lelaki, atau sugar daddy atau diperkosa secara paksa, kesannya buang anak di mana-mana juga, tepi jalan, stesen bas, dalam tandas awam, tepi surau, pintu pagar rumah banglo, sedang masih ada usaha mewujudkan bank bayi, bank air mani, tidak cukup  dengan bank darah, aku diberitahu ada lebih 20,000 orang pembawa virus HIV, 60 peratus daripadanya remaja belia, dan masih semarak jenayah juvana, sabar…. Sabar dulu, ada seseorang atau banyak orang masih belum beres dan sempurna perjuangan mereka.

Bunga-bunga bangsa di bumi Malaya dalam alaf transformasi sosial teknologi maklumat gemar melepak, seluar dan bayu koyak rabak, kepala rambut mencacak, pikul gitar ke hulu ke hilir, tenggelam dalam irama disko, rock kapak, dangdut, menelan beratus pil-pil khayal, ligat goyang pinggul, pasar tubuh bagai belut, geleng-geleng kepala, berkunang-kunang mata mereka kuyu dan tubuh lesu di bawah papan iklan berlampu neon, atau di bawah jambatan atau di lobi pasar raya atau di terminal bas berjuta-juta harapan murni ibu bapa musnah, sembalau, suara yang kacau lalu berkumandang suara terkejut gejala sosial, gejala ekonomi, gejala politik, semua penyakit di bumi Malaya bermula dari rumah kita sendiri, malu….ah, sosial…. Sabar dulu, ada yang belum beres perjuangan seseorang atau banyak orang masih belum selesai.

Inilah sajakku: sajak orang-orang terpinggir dalam menyatakan keberanian bersuara daripada persoalan dan masalah bumi Malaya yang nyata apalah makna sekadar melolong melengking keras digelapkan malam memukul canang sumbing, konon mencari diri kerana di mana-mana masih wujud sikap pilih bulu, bulu apa, ah apakah maknanya aku menjerit, memekik di depan forum langit jika fikiran-fikiranku sekadar menjadi lelucon mereka yang sengaja membutakan akal terhadap gejala sosial ini…. Sabar dulu, ada yang belum beres perjuangan seseorang atau banyak orang masih belum sempurna. Noktah.

20 September 2011,
Raub, Pahang


Ahad, 11 September 2011

KUALA LUMPUR



Lagu Alleycats 82 - Senyumlah Kuala Lumpur



Sajak: Arisel Ba

KUALA LUMPUR       kota kejam kota buta makna kejam
KUALA LUMPUR       kota kejam kota buta makna kelam
KUALA LUMPUR       kota kejam kota buta makna malam
KUALA LUMPUR       kota kejam kota buta makna dendam
KUALA LUMPUR       kota kejam kota buta makna lebam

KUALA LUMPUR       negara serigala
KUALA LUMPUR       alam bapak-bapak serigala
KUALA LUMPUR       dunia ibu-ibu serigala
KUALA LUMPUR       buana anak-anak serigala

Bagaimana
                   Jika aku
                                      Menjadi KUALA LUMPUR
Mampukah?
                   Aku menyumpah
                                      Bagai si Tanggang tersumpah

2011,
Kuala Lumpur

Ahad, 21 Ogos 2011

RADIO ISLAM




RADIO ISLAM
Sajen: Arisel Ba

Ini cerita orang kampung
selepas pulang dari Mekah
menunaikan ibadah Haji
dalam tahun tujuh puluhan dulu

Sebaik tiba di rumahnya
Abang Aji mengamuk sakan
menghempas pecah sebiji radio
yang dibelinya di Mekah

Isterinya kaget dan bertanya,
“ kenapa Abang Aji mengamuk
dan membanting radio itu
sehingga pecah dan berkecai?”

Abang Aji tangkas menjawab,
“ Pembohong!, setan gondol! “

Isterinya terkedu tambah bingung?

Abang Aji terus geram dan marah,
“ Radio ini aku beli di Mekah
setiap hari mengaji al-Quran
terus menerus 24 jam, tetapi
bila tiba di kampung kita ini,
tidak ada berita lain hendak
dikhabarkannya, asyik-asyik
berita politik tahi kucing!
Inikah yang digelar Radio Islam?”

Isterinya terus bertanya,
“ Abang Aji tahu radio ini Radio Islam
daripada mana sumbernya?”

 Abang Aji segera menjawab,
“ Ini tengok, tulisannya jelas -
All Transistor, itukan huruf ‘All’,
All itu aku kata, Al-Islam, bukan?”

Isterinya geli hati lalu beredar ke dapur,
sedang radio itu pun sudah pecah berkecai.

21 Ogos 2011,
Raub, Pahang